Perdarahan Saluran Cerna Bawah
No. ICPC-2:
D16 Rectal Bleeding
No. ICD-10:
K92.2 Gastrointestinal haemorrhage, unspecified
K62.5 Haemorrhage of anus and rectum
Kompetensi : 3B
Masalah Kesehatan
Perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari usus di sebelah bawah ligamentum Treitz. Hematokezia diartikan darah segar yang keluar melalui anus dan merupakan manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Penyebab tersering dari saluran cerna bagian bawah antara lain perdarahan divertikel kolon, angiodisplasia dan kolitis iskemik. Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang kronik dan berulang biasanya berasal dari hemoroid dan neoplasia kolon.
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan darah segar yang keluar melalui anus (hematokezia).
Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas atau usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari perdarahan kolon sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas.
Perdarahan dari divertikulum biasanya tidak nyeri. Tinja biasanya berwarna merah marun, kadang-kadang bisa juga menjadi merah. Umumnya terhenti secara spontan dan tidak berulang.
Hemoroid dan fisura ani biasanya menimbulkan perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan faeces.
Pasien dengan perdarahan samar saluran cerna kronik umumnya tidak ada gejala atau kadang hanya rasa lelah akibat anemia.
Nilai dalam anamnesis apakah bercampur dengan feses (seperti terjadi pada kolitis atau lesi di proksimal rektum) atau terpisah/menetes (terduga hemoroid), pemakaian antikoagulan, atau terdapat gejala sistemik lainnya seperti demam lama (tifoid, kolitis infeksi), menurunnya berat badan (kanker), perubahan pola defekasi (kanker), tanpa rasa sakit (hemoroid intema, angiodisplasia), nyeri perut (kolitis infeksi, iskemia mesenterial), tenesmus ani (fisura, disentri).
Objective
Pemeriksaan fisik
Pada colok dubur ditemukan darah segar
Nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural (Tilt test).
Pemeriksaan fisis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan (iskemia mesenterial), rangsang peritoneal (divertikulitis), massa intraabdomen (tumor kolon, amuboma, penyakit Crohn).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah perifer lengkap, feses rutin dan tes darah samar.
Penegakan diagnostik (Assessment)
Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis banding
Haemorhoid, Penyakit usus inflamatorik, Divertikulosis, Angiodisplasia, Tumor kolon
Komplikasi
Syok hipovolemik
Gagal ginjal akut
Anemia karena perdarahan
Plan
Penatalaksanaan
Stabilkan hemodinamik
Pemasangan IV line
Oksigen sungkup/kanula
Mencatat intake output, harus dipasang kateter urin
Memonitor tekanan darah, nadi, saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang ada.
Beberapa perdarahan saluran cerna bagian bawah dapat diobati secara medikamentosa. Hemoroid fisura ani dan ulkus rektum soliter dapat diobati dengan bulk-forming agent, sitz baths, dan menghindari mengedan.
Kehilangan darah samar memerlukan suplementasi besi yaitu Ferrosulfat 325 mg tiga kali sehari.
Konseling dan edukasi
Keluarga ikut mendukung untuk menjaga diet dan pengobatan pasien.
Kriteria rujukan
Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang terus menerus
Rujuk ke pelayanan kesehatan sekunder untuk diagnosis definitif bila tidak dapat ditegakkan di pelayanan kesehatan primer
Peralatan
Laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap dan faeces darah samar
Sarung tangan
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.
Referensi
Abdullah. Murdani, Sudoyo. Aru, W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Dep. IPD. FKUI.2007. (Sudoyo, et al., 2006)
Panduan Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. 2004.Hal 234. (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSCM, 2004)
Last updated