Keracunan Makanan
No. ICPC-2 : A86 Toxic Effect Non Medical Substance No. ICD-10 : T.62.2 Other Ingested (parts of plant(s)) Kompetensi : 4A
Masalah Kesehatan
Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.
Subjective
Keluhan
Diare akut. Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu. Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.
Nyeri perut.
Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti pada kolera yang berat.
Kembung.
Faktor risiko
Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis
Konsumsi daging/unggas yang kurang matang dapat dicurigai untuk Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium perfringens.
Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio spp, atau hepatitis A.
Objective
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan dehidrasi.
Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.
Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.
Pemeriksaan penunjang
Lakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur cacing dan parasit.
Pewarnaan Gram, Koch dan metilen biru Loeffler untuk membantu membedakan penyakit invasif dari penyakit non-invasif.
Assessment
Diagnosis klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
Diagnosis banding
Intoleransi
Diare spesifik seperti disentri, kolera dan lain-lain.
Komplikasi
Dehidrasi berat
Plan
Penatalaksanaan
Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-limiting, pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya, larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate, aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila diare tidak segera berhenti. Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil) tersedia dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5 mg diphenoxylate / 5 mL). Dosis awal untuk orang dewasa adalah 2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d), digunakan hanya bila diare masif.
Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.
Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan diri.
Konseling dan edukasi
Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.
Kriteria rujukan
Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat.
Pasien mengalami perburukan.
Dirujuk ke pelayanan kesehatan sekunder dengan spesialis penyakit dalam atau spesialis anak.
Peralatan
Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit )
Infus set
Antibiotik bila diperlukan
Prognosis
Prognosis umumnya bila pasien tidak mengalami komplikasi adalah bonam.
Referensi
Panduan Pelayanan Medik. PAPDI.
Panduan Puskesmas untuk keracunan makanan. Depkes: Jakarta. 2007. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2007)
Last updated