Anemia Defisiensi Besi

No. ICPC-2 : B80 Iron Deficiency Anaemia No. ICD-10 : 280 Iron Deficiency Anemias Kompetensi : 4A

Masalah Kesehatan

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup ke jaringan perifer. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia. Diperkirakan >30% penduduk dunia menderita anemia dan sebagian besar di daerah tropis. Oleh karena itu anemia seringkali tidak mendapat perhatian oleh para dokter di klinik.

Subjective

Keluhan

Pasien datang ke dokter dengan keluhan:

  1. Lemah

  2. Lesu

  3. Letih

  4. Lelah

  5. Penglihatan berkunang-kunang

  6. Pusing

  7. Telinga berdenging

  8. Penurunan konsentrasi

  9. Sesak nafas

Faktor Risiko

  1. Ibu hamil

  2. Remaja putri

  3. Status gizi kurang

  4. Faktor ekonomi kurang

  5. Infeksi kronik

  6. Vegetarian

Objective

Pemeriksaan fisik

  1. Gejala umum Pucat dapat terlihat pada: konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku.

  2. Gejala anemia defisiensi besi

    • Disfagia

    • Atrofi papil lidah

    • Stomatitis angularis

    • Koilonikia

Pemeriksaan penunjang

  1. Pemeriksaan darah: hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit, trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi (apusan darah tepi), MCV, MCH, MCHC, feses rutin, dan urin rutin.

  2. Pemeriksaan Khusus (dilakukan di layanan sekunder) Serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.

Assessment

Diagnosis klinis

Anemia adalah suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh penyakit dasar sehingga penting menentukan penyakit dasar yang menyebabkan anemia. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan darah dengan kriteria Hb darah kurang dari kadar Hb normal.

Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO:

  1. Laki-laki: >13 g/dL

  2. Perempuan: >12 g/dL

  3. Perempuan hamil: >11 g/dL

Diagnosis banding

  1. Anemia defisiensi vitamin B12

  2. Anemia aplastik

  3. Anemia hemolitik

  4. Anemia pada penyakit kronik

Komplikasi

  1. Penyakit jantung anemia

  2. Pada ibu hamil: BBLR dan IUFD

  3. Pada anak: gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Plan

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan anemia harus berdasarkan diagnosis definitif yang telah ditegakkan. Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan sulfas ferrosus 3 x 200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi elemental).

Rencana tindak lanjut

Untuk penegakan diagnosis definitif anemia defisiensi besi memerlukan pemeriksaan laboratorium di layananan sekunder dan penatalaksanaan selanjutnya dapat dilakukan di layanan primer.

Konseling dan edukasi

  1. Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

  2. Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat berupa mual, muntah, heartburn, konstipasi, diare, serta BAB kehitaman.

  3. Bila terdapat efek samping obat maka segera ke pelayanan kesehatan.

Kriteria rujukan

  1. Anemia tanpa gejala dengan kadar Hb <8 g/dL.

  2. Anemia dengan gejala tanpa melihat kadar Hb segera dirujuk.

  3. Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb <7 g/dL).

  4. Anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi dokter layanan primer misalnya anemia aplastik, anemia hemolitik dan anemia megaloblastik.

  5. Jika didapatkan kegawatan (misal perdarahan aktif atau distres pernafasan) pasien segera dirujuk.

Peralatan

Pemeriksaan laboratorium sederhana (darah rutin, urin rutin, feses rutin).

Prognosis

Prognosis umumnya dubia ad bonam karena sangat tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Bila penyakit yang mendasarinya teratasi, dengan nutrisi yang baik anemia defisiensi besi dapat teratasi.

Referensi

Last updated